MAKALAH
AKULTURASI
Di
Susun Oleh:
Di
Susun Oleh :
Nama : 1. Riowansyah
2. Yosnuari
3. Artin Gustina
4. Niputu
Zahra
5. Gusti Nova
Kelompok : V (Lima)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH BENGKULU
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wasyukurillah kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha
Kuasa, yang telah memberikan kita karunia serta nikmatnya hingga pada saat ini kita
masih bisa melaksanakan proses belajar mengajar dalam bangku perkuliahan
ini.Shalawat beriringan salam, mari kita sampaikan ke Rasul Allah SAW yang
telah membawa tangan umatnya dari alam kegelapan hingga menuju alam yang terang
dengan iman ddan taqwa.
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Antropologi
Budaya
yang inti dari pembahasan tersebut adalah Tentang Akulturasi. Apabila nantinya dalam penyusunan makalah saya
ini ada kekurangan dan ketidak sempurnaan saya terlebih dahulu memohon maaf.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar
Isi..................................................................
.......................................................iii
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah...............................................................................................i
B. Rumusan
Masalah........................................................................................................ii
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Akulturasi.................................................................................................4
B.
Proses
Akulturasi.......................................................................................................6
C.
Faktor Pendorong dan
Penghambat Akulturasi.........................................................8
BAB III. PENUTUP
A.
Kesimpulan..............................................................................................................10
B.
Saran........................................................................................................................11
DAFTRA PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Indonesia
adalah negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yangmasing-masing
memiliki budaya yang berbeda-beda. Keberbedaan itulahyang menjadi ciri khas dan
keunggulan Indonesia, Indonesia menjadi unik karena budayanya yang beragam. Keanekaragaman
itu ditambah lagi dengan masuknya unsur-unsur budaya asing ke Indonesia yang
memperkaya warna kebudayaan Indonesia. Budaya asing itu sendiri masuk
melaluibeberapa cara, diantaranya yaitu asimilasi dan akulturasi . Asimilasi
ini biasa terjadi pada golongan minoritas dan golongan mayoritas pada suatu
tempat. Sedangkan Akulturasi adalah bergabungnya dua kebudayaan atau lebih
sehingga menciptakan suatu kebudayaan baru, tanpa menghilangkankepribadian dari
kebudayaan asli.
2. RUMUSAN
MASALAH
A.
Pengertian Akulturasi
B.
Proses Akulturasi
C.
Faktor Pendorong dan
Penghambat Akulturasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
AKULTURASI
Akulturasi adalah suatu
proses sosial, yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing
itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Atau bisa juga di
definisikan sebagaiperpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang berlangsung
dengan damai dan serasi.Untuk memahami pengertian akulturasi dalam konteks
budaya pertama-tama kita perlu memahami definisi budaya dan kebudayaan terlebih
dahulu. Menurut Sachari kebudayaan adalah suatu totalitas dari proses
dan hasil segala aktivitas suatu bangsa dalam bidang estetis, moral, dan
ideasional yang terjadi melalui proses integrasi, baik integrasi historis
maupun pengaruh jangka panjangnya. Para ahli ilmu sosial mengartikan konsep
kebudayaan itu dalam arti yang amat luas yakni meliputi seluruh aktivitas
manusia dalam kehidupannya, yaitu seluruh hasil dari pikiran, karya dan hasil
karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya (Koentjaraningrat).
Banyak para ahli sosiolog yang mendefinisikan tentang pengertian akulturasi
dengan berbagai versi, diantaranya :
v Koentjaraningrat
(1996: 155)
Akulturasi adalah suatu proses
sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian
rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah
kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
itu sendiri.
v Garbarino
“Acculturation (is) the process of culture change as a
result of long term, face to face contact between two societies” (Garbarino,
1983).
“Akulturasi (adalah) proses perubahan budaya sebagai akibat jangka panjang,
tatap muka kontak antara dua masyarakat “(Garbarino, 1983).
v Redfield,
Linton, Herskovits
Akulturasi meliputi fenomena yang
timbul sebagai hasil, jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan
yang berbeda-beda bertemu, dan mengadakan kontak secara terus menerus, yang
kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah
satu kelompok atau kedua-duanya.Dari berbagai pendapat para ahli mengenai
definisi akulturasi diatas dapat disimpulkan bahwa akulturasi adalah suatu
proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing, kebudayaan asing
itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Atau bisa juga di
definisikan sebagai perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang berlangsung
dengan damai dan serasi.
B.
PROSES AKULTURASI
Manusia adalah makhluk sosio
budaya yang memperoleh perilaluknya lewat belajar. Dari semua aspek belajar
manusia, komunikasi merupakan aspek yang terpenting dan paling mendasar karena
kegiatan komunikasi berfungsi sebagai alat untuk menafsirkan lingkungan fisik
dan sosial kita.Proses yang dilalui individu-individu untuk memperoleh
aturan-aturan (budaya) dimulai dari masa awal hidupnya hingga akhir hayatnya.
Melalui proses sosialisasi dan pendidikan pola-pola budaya ditanamkan ke dalam
system syaraf manusia dan menjadi kepribadian dan perilaku masing-masing
indivdu. Proses belajar ini menjadikan manusia harus berinteraksi dengan
manusia yang lain dari anggota budaya lainnya yang juga memiliki pola-pola
komunikasi serupa. Proses memperoleh pola-pola demikian oleh individu-individu
itu disebut enkulturasi.Proses enkulturasi sendiri mempunyai pengertian proses
belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat istiadat,
system, norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang (Koentjaraningrat,
2003 : 145).Hubungan antara budaya dan individu seperti dalam proses
enkulturasi membuat manusia untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan. Secara
bertahap seorang individu imigran belajar menciptakan situasi-situasi dan
relasi-relasi yang tepat dalam masyarakat pribumi sejalan dengan berbagai
transaksi yang ia lakukan dengan orang lain. Pada saatnya, imigran akan
menggunakan cara-cara berperilaku masyarakat pribumi untuk menyesuaikan diri
dengan pola-pola yang dianut masyarakat setempat begitu juga sebaliknya.
Perubahan pola dari pola lama ke pola yang baru ini disebut akulturasi.
Ø Contoh Akulturasi Budaya
Contoh
nya Wujud Akulturasi Kebudayaan Hindu-Budha dengan Kebudayaan Indonesia
Dari definisi di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu
bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan
kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan
aslinya.Hal ini berarti kebudayaan Hindu – Budha yang masuk ke Indonesia tidak
diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan
budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu
dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia
Hindu – Budha.
Wujud akulturasi tersebut meliputi unsur-unsur budaya berikut ini :
·
Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan
bahasa Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang dimana bahasa
Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa
Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis)
peninggalan kerajaan Hindu – Budha pada abad 5 – 7 M, contohnya prasasti Yupa
dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk
perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno
seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 – 13 M.
Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian
berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis.
Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan
huruf Jawa Kuno.
·
Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha
masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan
Dinamisme.
Dengan masuknya agama
Hindu – Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai
agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah
mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata
lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi,
yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu
agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu
– Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat
Anda lihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang
ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu
Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
·
Organisasi
Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat Anda
lihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di
Indonesia setelah masuknya pengaruh India.
Dengan adanya pengaruh
kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di
Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun
temurun.
Raja di Indonesia ada
yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga
rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai
Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harhari (dewa Syiwa dan
Wisnu jadi satu).
Pemerintahan Raja di
Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada
juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama
apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di
kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.Wujud akulturasi di
samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem
kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta.
Sistem kasta menurut
kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria
(golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta
Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut
juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis
dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan
dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di
Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.
·
Sistem
Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan
waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut
perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka
dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654,
maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M
Di samping adanya
pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan
menggunakan Candrasangkala. Apakah Anda sebelumnya pernah mendengar istilah
Candrasangkala? Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat
dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang
ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu
contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna =
0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan
belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan
tahun runtuhnya Majapahit .
·
Peralatan
Hidup dan Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat
dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur
budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan
candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi
perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab
Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk
melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Untuk itu dilihat dari
bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar
bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak, yang merupakan salah
satu peninggalan kebudayaan Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat
pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai
dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang
merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan
bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan
orang-orang terkemuka.
Di samping itu, dalam
bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu
yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan
berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam
Pripih.
Dengan demikian fungsi
candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau
dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya
lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat
pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota
Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.
Gambar 2. adalah
gambar candi juga salah satu peninggalan kerajaan Singosari yang merupakan
tempat dimuliakannya raja Wisnuwardhana yang memerintah tahun 1248 – 1268.
Dilihat dari gambar
candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak dan pada bagian
bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi, di mana di
dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah raja
Wisnuwardhana).
Untuk candi yang
bercorak Budha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk memuja Dyani
Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa,
candi Borobudur adalah candi Budha yang terbesar
sehingga merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah satu
peninggalan kerajaan Mataram dilihat dari 3 tingkatan, pada tingkatan yang
paling atas terdapat patung Dyani Budha.Patung-patung Dyani Budha inilah yang
menjadi tempat pemujaan umat Budha. Di samping itu juga pada bagian atas, juga
terdapat atap candi yang berbentuk stupa.
Untuk candi Budha di
India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa merupakan ciri khas
atap candi-candi yang bersifat agama Budha. Dengan demikian seni bangunan candi
di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya mengambil
intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya
tetap sesuatu yang bercorak Indonesia.
·
Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra
dan seni pertunjukan . Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat
dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut
banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu
ataupun Budha.
Contoh :
Dari relief-relief
tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah
asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief
tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat
Indonesia. Dengan demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja
budaya India, tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di
Indonesia.
Untuk wujud akulturasi
dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/ kisah yang
berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang ditulis oleh
Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab tersebut
merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di Indonesia
tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh
pujangga-pujangga Indonesia, ke dalam bahasa Jawa kuno. Dan, tokoh-tokoh cerita
dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar,
Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari
kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa, melainkan
menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala.
Di samping itu juga, kisah
Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera dalam seni
pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang. Seni
pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman
prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh
masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat
dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang
berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah
mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau
perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh
Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan
Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh
yang berperangai buruk suka menghasut.
Demikian penjelasan
tentang wujud akulturasi dalam bidang kesenian. Dan yang perlu Anda pahami dari
seluruh uraian tentang wujud akulturasi tersebut bahwa unsur budaya India tidak
pernah menjadi unsur budaya yang dominan dalam kerangka budaya Indonesia,
karena dalam proses akulturasi tersebut, Indonesia selalu bertindak selektif.
C. FAKTOR
PENDORONG DAN PENGHAMBAT AKULTURASI
Proses akulturasi dalam masyarakat dipengaruhi oleh faktor pendorong dan
faktor penghambatnya. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi cepat/lambatnya
,baik/buruknya, serta berhasil/tidaknya proses akulturasi.
a. Faktor Pendorong
- Kontak dengan kebudayaan lain
- Sistem pendidikan formal yang maju
- Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
- Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)
- Sistem terbuka pada lapisan masyarakat
- Adanya penduduk yang heterogen
- Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
- Adanya orientasi ke masa depan
b. Faktor Penghambat
- Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
- Sikap masyarakat yang tradisional
- Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuatnya.
- Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
- Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.
- Adanya hambatan yang bersifat ideologis.
- Adat atau kebiasaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar