MAKALAH PRINSIP-PRINSIP DAN ASAS-ASAS PEMBELAJARAN
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, atas
nikmat yang telah diberikan baik berupa
nikmat kesehatan ataupun nikmat kesempatan sehingga penulisan makalah ini dapat
diselesaikan. Shalawat
bagi Nabi Muhammad SAW yang telah meletakkan peradaban kemanusiaan yang
diridhoi Allah SWT. Penulis tahu, bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan dari sisi isi
pembahasan, penulisan kalimat dan sebagainya, beranjak dari kesadaran itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat konstruktif sebagai
penambahan pengetahuan bagi penulis dalam menyusun makalah di lain waktu.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah
ini yang telah
memberikan ilmunya serta
bimbingannya kepada kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan Pada teman-teman
yang turut memberikan sumbangsih pikiran serta tenaga dalam penyusunan makalah
ini. Penulis juga tak lupa untuk meminta maaf yang sebesar-besarnya jika dalam
pembuatan makalah ini ada pihak/badan yang merasa dirugikan,karena semuanya
hanya kebetulan saja.
Kata Pengantar....................................................................................................................ii
Daftar
Isi..................................................................
.........................................................iii
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah.................................................................................................i
B. Rumusan
Masalah..........................................................................................................ii
BAB II. PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip belajar...................................................................................................4
B.
Asas-asaa belajar...........................................................................................................6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan..................................................................................................................7
B.
Saran............................................................................................................................8
DAFTRA PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Seorang pendidik hendaknya memiliki suatu
prinsip dalam melakukan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik hendaknya
dituntut untuk memahami prinsip-prinsip ini agar terwujudnya suatu proses
pembelajaran yang kondusif, nyaman, dan bisa berkenan didalam hati para siswa
yang di ajarnya. Sejauh ini
banyak para pengajar kurang menegakkan prinsip-prinsip ini dalam melakukan
belajar dan pembelajaran sehingga membuat proses belajar dan pembelajaran ini
menjadi kurang baik dan para siswa pun menjadi kurang dalam menangkap isi dari
pelajaran yang diajarkan. Sehingga dibutuhkannya updateing kepada para pengajar
agar kembali memegang teguh prinsip-prinsip belajar dan pengajaran sehingga
dapat menguasai, mensuport dan memotivasi para siswa agar mau belajar.
B. RUMUSAN
MASALAH
A.
Apa saja
yang menjadi prinsip-prinsip dalam belajar dan pembelajaran?
B.
Bagaimana
membentuk suatu siswa yang memiliki keperibadian baik?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Prinsip-prinsip
belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan,
keterlibatan langsung atau berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan
penguatan, serta perbedaan individual.
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran
akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu
yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Menurut H.L. Petri, “motivation is the concept we use when
we describe the force action on or within an organism to initiate and direct
behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran. Sebagai alat, motivasi
merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar
sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang
pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan. Motivasi erat kaitannya dengan
minat.siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu
cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk
mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai
yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah
laku dan motivasinya.Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari
dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain.
Motivasi
dibedakan menjadi dua :
ü Motif
intrinsik.
Motif
intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Sebagai contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran
di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
ü Motif
ekstrinsik.
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang
dilakukannya tetapi menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar dengan
sungguh-sungguh bukan dikarenakan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya
tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Keinginan
naik kelas atau mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut
“transformasi motif”. Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang
menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah
ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar
beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan
senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik
menjadi intrinsik.
2. Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh
orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey
mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa
untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri.Guru sekedar
pembimbing dan pengarah.Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan
adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak
memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses
balajar mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan
menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan. Dalam setiap
proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa
kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang
dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan
yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut
Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut
pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari
pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar
mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa
secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah
(problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata,
tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam
pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi
nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan
latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4. Pengulangan
Menurut
teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia
yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan,
berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut
akan berkembang. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”,
Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus
dan respons, dan pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar
peluang timbulnya respons benar. Pada teori psikologi Conditioning, respons
akan timbul bukan karena oleh stimulus saja tetapi oleh stimulus yang di
kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas, mobil berhenti pada saat
lampu merah.Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan
dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat
menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori
tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar,
namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
5. Tantangan
Teori Medan
(Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar
berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan
yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan
itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.Tantangan yang dihadapi
dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar
yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat
siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode eksperimen, inkuiri,
diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat
dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa
dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang
tidak menyenangkan.
6. Balikan dan penguatan
Prinsip
belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh
teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori
conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant
conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini
adalah law of effectnya Thorndike.Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan
nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar
lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau
penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu
ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak
untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape
conditioning. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode
penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan
terjadinya balikan dan penguatan.
7. Perbedaan individu
Siswa
merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan
belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan
klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan
individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa
sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama,
demikian pula dengan pengetahuannya .
Pembelajaran
klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa
cara, misalnya:
· Penggunaan metode atau strategi
belajar-mengajar yang bervariasi
· Penggunaan
metode
instruksional
· Memberikan tambahan pelajaran atau
pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak
yang kurang
· Dalam
memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa
Implikasi
prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap kegiatan
perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.
Ø Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa
Siswa
sebagai ”primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan
apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar.
1) Perhatian
dan motivasi
Siswa dituntut
untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah
pencapaian tujuan belajar. Siswa diharapkan selalu melatih inderanya untuk
memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran.
Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373).
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa
adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka
harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus. Untuk dapat
membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus-menerus,
siswa dapat melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang
hendak dicapai, menanggapai secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan
target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari
contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi
belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.
2) Keaktifan
Sebagai
”primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa
dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk
dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar
dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional. Implikasi prinsip
keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber
informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari
suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis
lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut
keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Hal apapun
yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada
seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies,
1987:32). Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan
mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Bentuk-bentuk
perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa,
misalnya siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa melakukan reaksi kimia,
dan perilaku sejenisnya. Perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam
kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4) Pengulangan
Penguasaan
secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih
berarti (Davies, 1987:32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan
dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa
adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang
untuk satu macam permasalahan. Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak
merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran
yang merupakan implikasi prinsip pengulangan unsur-unsur kimia setiap valensi,
mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau
menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.
5) Tantangan
Prinsip
belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa diberikan
tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk
belajar, ia akan belajar dan mengingat lebih baik (Davies, 1987:32). Hal ini
berarti siswa selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh, memproses dan
mengolah setiap pesan yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi prinsip
tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan
adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan. Selain
itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala
permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan
implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen,
melaksanakan tugas terbimbing ataupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan
suatu masalah.
6) Balikan dan
penguatan
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan
yang dilakukan, apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu
memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus
merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih
banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement)
(Davies, 1987:32). Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk
memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya.
Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang
memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci
jawaban, menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima
teguran dari guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek.
7) Perbedaan individual
Setiap siswa
memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain.
Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri
dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies,
1987:32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa
menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.
B. ASAS-ASAS
PEMBELAJARAN
1. Asas apersepsi
Guru
menghubungkan antara materi yang akan di pelajari dengan materi yang sudah di
pelajari ( pengalaman materi sebelumnya ) Fungsinya adalah mempersiapkan
kondisi fisik siswa baik fisik maupun mental. ( pengulangan materi minggu lalu
)
2. Asas motivasi Daya pendorong siswa
untuk melakukan kegiatan atau aktifitas. Fungsinya adalah untuk mendorong siswa
untuk tetap semangat.
3. Asas aktifitas
Prinsip
dasar pembelajaran dimana guru memberikan kesempatan seluas luasnya kepada
siswa untuk belajar. Fungsinya untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
4. Asas individualitas
Dimana guru harus bisa membedakan individau baik
fisik, mental, maupun status sosial. Fungsinya agar terjadi proses KBM yang
efektif, lancr serta selamat.
5. Asas peragaan
Dimana guru harus memperagakan tugas – tugas gerak
yang akan di ajarkan. Fungsinya agar terjadi kelancaran komunikasi antara guru
dan siswa.
6. Asas modifikasi
Dimana guru melakukan perubahan baik terhadap alat,
peraturan. Fungsinya supaya pembelajatrann yang di anggap susah menjadi
menjadi.
7. Asas pengulangan
Memerlukan
pengulangan karena semakin sulit materi maka harus sering melakukan pengulangan
agar cepat faham dan mudah. Fungsinya agar proses belajar gerak jadi lebih
mudah dan cepat bisa.
8. Asas evaluasi
Proses untuk
melihat seberapa besar tingkat kemajuan belajar siswa setelah proses bejar
mengajar di lakukan.
Pada bagian
ini diuraikan 14 asas pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
pengembangkan program pembelajaran inovatif. Keempat belas asas tersebut
adalah:
1.
Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak anak :
a.
non-diskriminasi,
b.
kepentingan terbaik bagi anak (best interests of
the child),
c.
hak untuk hidup dan berkembang (right to life,
continuity of life and to develop),
d.
hak atas
perlindungan (right to protection),
e.
penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the
opinions of children).
2.
Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan
informasi ke dalam benak siswa.
3.
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa
sendiri.
4.
Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah
kegiatan belajar aktif.
5.
Untuk bisa
mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan
pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain.
6.
Aktivitas
pembelajaran pada diri siswa bercirikan :
a.
yang saya dengar,
saya lupa
b.
yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat
c.
yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan
dengan orang lain, saya mulai pahami
d.
yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan
dan keterampilan
e.
yang saya ajarkan
kepada orang lain, saya kuasai.
7.
John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika
siswa diminta untuk melakukan hal-hal:
ü mengemukakan
kembali informasi dengan kata-kata sendiri
ü memberikan
contoh
ü mengenalinya
dalam bermacam bentuk dan situasi
ü melihat
kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain
ü menggunakannya
dengan beragam cara
ü memprediksikan
sejumlah konsekuensinya
ü menyebuitkan
lawan atau kebalikannya.
8.
Ada 9 konteks yang melingkupi siswa dalam belajar :
ü Tujuan
ü isi materi
ü sumber belajar (sumber belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan)
ü target siswa
(siapa yang akan belajar)
ü guru
ü strategi
pembelajaran
ü hasil (bagaimana hasil pembelajaran akan diukur)
ü kematangan
(apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan)
ü (i) lingkungan (dalam lingkungan yang
bagaimana siswa belajar).
9.
Kata kunci
pembelajaran agar bermakna :
ü real-world
learning
ü mengutamakan
pengalaman nyata
ü berpikir
tingkat tinggi
ü berpusat
pada siswa
ü siswa aktif,
kritis, dan kreatif
ü pengetahuan
bermakna dalam kehidupan
ü dekat dengan
kehidupan nyata
ü perubahan
perilaku
ü siswa
praktik, bukan menghafal
ü learning, bukan teaching
ü pendidikan
bukan pengajaran
ü pembentukan
manusia
ü memecahkan
masalah
ü siswa acting,
guru mengarahkan
ü hasil
belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
10.
Pembelajaran yang memperhatikan dimensi auditori dan
visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat.
11.
Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga
mengolahnya melalui membahas informasi dengan orang lain dan juga mengajukan
pertanyaan tentang hal yang dibahas.
12.
Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan
kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
13.
Proses
belajar harus mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
14.
Resiprositas (kebutuhan mendalam manusia untuk
merespon orang lain dan untuk bekerja sama) merupakan sumber motivasi yang bisa
dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembelajaran
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang
berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya prosesbelajar siswa yang bersifat
internal. Gagne dan Briggs (1979:3) Prinsip belajar adalah landasan
berpikir,landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan pesertadidik.Prinsip ini
dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi
guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.
Secara umum,
prinsip-prisip belajar yaitu :
a.
Perhatian dan Motivasi
b.
Keaktifan
c.
Keterlibatan langsung atau pengalaman
d.
Pengulangan
e.
Tantangan
f.
Balikan dan penguatan (law of effect)
g.
Perbedaan individual.
B. SARAN
Dengan mengetahui
prinsip-prinsip belajar dan asas pembelajaran maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari
bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan
belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru,
dekimian seterusnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar